Eropa Khawatirkan Keselamatan Pasca Larangan Laptop, Badan pengawas penerbangan Eropa hari Rabu (5/4) menyampaikan keprihatinan atas kemungkinan risiko kebakaran dalam ruang kargo pesawat penumpang dan mendesak adanya tindakan pencegahan baru setelah Amerika dan Inggris melarang komputer masuk kabin penumpang.
Pemeriksaan barang-barang penumpang yang dibawa ke kabin di sebuah bandara (foto: ilustrasi).
Badan Keselamatan Penerbangan Eropa, yang bertanggungjawab atas keamanan penerbangan di 32 negara, mengatakan piranti elektronik pribadi (PED) berisiko terbakar akibat baterai lithium dan sebaiknya masuk dalam kabin penumpang sehingga kalau ada masalah bisa diidentifikasi dan ditangani.
Badan yang berpusat di Cologne, Jerman, itu mengeluarkan pedomannya dua minggu setelah Amerika dan Inggris melarang gadget yang lebih besar dari smartphone, termasuk laptop dan tablet, masuk kabin penumpang penerbangan dari negara-negara tertentu karena risiko keamanan.
Rekomendasi keselamatan Eropa itu tidak wajib, tetapi mungkin akan menghidupkan lagi perdebatan tentang cakupan dan efektivitas peraturan baru itu, yang selama ini dikecam beberapa maskapai penerbangan.
Kelompok yang mewakili 38 ribu pilot Eropa mengatakan pekan lalu "sangat prihatin" atas larangan itu, dengan alasan, itu bisa menimbulkan lebih banyak risiko keamanan.
Laporan-laporan media AS mengatakan, kekhawatiran akan ancaman bom dari ISIS telah mendorong pihak berwenang AS memberlakukan larangan bagi penumpang membawa perangkat elektronik berukuran besar dalam penerbangan menuju AS dari sejumlah bandara di Timur Tengah.
Mengutip sumber yang dirahasiakan, The New York Times melaporkan, larangan itu diterapkan untuk mengonter rencana ISIS mengembangkan bom berukuran kecil yang bisa disisipkan ke batere laptop.
ABC melaporkan bahwa informasi intelijen yang diperoleh para pejabat AS sebelumnya tahun ini menunjukkan, kelompok ISIS berusaha mencari cara untuk menyelundupkan bom ke pesawat-pesawat tujuan AS. Sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada ABC, informasi ancaman itu telah dikukuhkan dan bisa dipercaya.
Meski demikian, Badan Keamanan Transportasi AS (TSA) membantah adanya ancaman spesifik dan mengatakan melalui sebuah pernyataam bahwa mereka memberlakukan larangan itu karena adanya laporan intelijen yang menunjukkan kelompkok-kelompok teroris terus menunjukkan minatnya menarget penerbangan-penerbangan komersial.
Peraturan baru TSA mengharuskan penumpang penerbangan yang langsung menuju AS dari 10 bandara di Timur Tengah menyimpan peralatan elektronik yang lebih besar dari ponsel di koper-koper yang ditempatkan di bagasi. TSA tidak menyertakan ponsel karena alasan logistik.
Bandara-bandar yang dikenai peraturan itu adalah Queen Alia International Airport, Cairo International Airport, Ataturk International Airport, King Abdul-Aziz International Airport, King Khalid International Airport, Kuwait International Airport, Mohammed V Airport, Hamad International Airport, Dubai International Airport, dan Abu Dhabi International Airport.
Inggris mengikuti AS dalam menerapkan larang serupa terhadap peralatan elektronik berukuran besar, Selasa (21/3), namun versi Inggris agak lebih longgar. Info Selengkapnya Klik Disini
Laporan-laporan media AS mengatakan, kekhawatiran akan ancaman bom dari ISIS telah mendorong pihak berwenang AS memberlakukan larangan bagi penumpang membawa perangkat elektronik berukuran besar dalam penerbangan menuju AS dari sejumlah bandara di Timur Tengah.
Mengutip sumber yang dirahasiakan, The New York Times melaporkan, larangan itu diterapkan untuk mengonter rencana ISIS mengembangkan bom berukuran kecil yang bisa disisipkan ke batere laptop.
ABC melaporkan bahwa informasi intelijen yang diperoleh para pejabat AS sebelumnya tahun ini menunjukkan, kelompok ISIS berusaha mencari cara untuk menyelundupkan bom ke pesawat-pesawat tujuan AS. Sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada ABC, informasi ancaman itu telah dikukuhkan dan bisa dipercaya.
Meski demikian, Badan Keamanan Transportasi AS (TSA) membantah adanya ancaman spesifik dan mengatakan melalui sebuah pernyataam bahwa mereka memberlakukan larangan itu karena adanya laporan intelijen yang menunjukkan kelompkok-kelompok teroris terus menunjukkan minatnya menarget penerbangan-penerbangan komersial.
Peraturan baru TSA mengharuskan penumpang penerbangan yang langsung menuju AS dari 10 bandara di Timur Tengah menyimpan peralatan elektronik yang lebih besar dari ponsel di koper-koper yang ditempatkan di bagasi. TSA tidak menyertakan ponsel karena alasan logistik.
Bandara-bandar yang dikenai peraturan itu adalah Queen Alia International Airport, Cairo International Airport, Ataturk International Airport, King Abdul-Aziz International Airport, King Khalid International Airport, Kuwait International Airport, Mohammed V Airport, Hamad International Airport, Dubai International Airport, dan Abu Dhabi International Airport.
Inggris mengikuti AS dalam menerapkan larang serupa terhadap peralatan elektronik berukuran besar, Selasa (21/3), namun versi Inggris agak lebih longgar. Info Selengkapnya Klik Disini
0 Response to "Eropa Khawatirkan Keselamatan Pasca Larangan Laptop"
Post a Comment